Jumat, 30 Maret 2012

Mencegah Penyakit Kejiwaan

Sebelum membahas tentang bagaimana mengatasi penyakit kejiwaan, kita tentunya perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit kejiwaan dan apa saja hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang menderita penyakit kejiwaan.

Dikutip dari Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gangguann mental atau penyakit mental adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.
Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untuk penyakit ini terpusat di Rumah Sakit Jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri. Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau dinilai memiliki kelainian mental), yang akan mengarah ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial
definisi dan klasifikasi kelainan mental adalah kunci untuk peneliti sebagaimana juga penyedia layanan dan mereka yang mungkin terdiagnosa. Sebagian besar dokumen klinik internasional menggunakan istilah "Kelainan mental". Terdapat dua sistem yang mengklasifikasikan kelainan mental ICD-10 Chapter V: Mental and behavioural disorders, bagian dari International Classification of Diseases yang diterbitkan oleh World Health Organization (WHO), dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) diterbitkan oleh Psychiatric Association (APA).
kedua mendaftar kategori kelainan dan menyediakan standar kriteria untuk diagosis. Kedua sistem ini telah merubah kode mereka pada revisi terakhir sehingga pedomannya dapat dibandingkan, walaupun masih terdapat perbedaan signifikan. Skema klasifikasi lain mungkin digunakan di budaya non-barat, dan panduan lain mungkin juga digunakan oleh mereka yang menggunakan teori persuasi. Pada umumnya, kelainan mental diklasifikasikan terpisah menjadi kelainan syaraf, ketidakmampuan belajar, atau kelainan mental.
Tidak seperti sistem di atas, beberapa pendekatan klasifikasi tidak menggunakan kategori yang jelas atau pemisahan dikotomi yang digunakan untuk memisahkan antara yang tidak normal dengan yang normal. Terdapat debat sains tentang beberapa kategori yang berbeda berhubungan dengan kasus yang terkategori dengan kasus yang tidak terkategori, kemudian mencakup sistem spektrum, dimensional, atau kontinyu.

    Ternyata banyak yang memperdebatkan arti sebenarnya dari penyakit kejiwaan itu sendiri, hingga melakukan berbagai banyak penelitian namun masih ada yang tidak berpendapat sama satu dengan yang lainnya. Sehingga tidak dapat mengartikan penyakit kejiwaan dengan artian yang sebenarnya dapat diterima oleh orang banyak.
Yang kita ketahui bahwa penyakit kejiwaan adalah seseorang yang “GILA”. Gila, itu yang sering kita katakan atau sebutan untuk seseorang yang sudah tidak waras yang sudah tidak memiliki akal sehat lagi untuk berfikir. Jika melihat seseorang yang berpakaian compang camping berpenampilan berantakan tidak karuan kita pasti menganggapnya sebagai orang ‘Gila’, bahkan anak kecil pun tahu jika melihat sesuatu yang tidak normal pada seseorang ia akan mengatakan pada orang tuanya ‘Bu , itu ada orang Gila’. Seorang anak kecil saja dapat tahu seseorang sedang mengalami tekanan jiwa atau penyakit kejiwaan tanpa harus memahami definisi sebenarnya dari penyakit kejiwaan itu sendiri.
      Contoh kecil adalah orang yang bertingkah laku tidak wajar, seperti berpakaian compang camping dengan rambut kusut berjalan sendirian tanpa ada arah dan tujuan, hidup tidak jelas dijalanan. Sebenarnya dulu adalah orang yang hidupnya normal, memiliki keluarga, memiliki teman kerabat-kerabat dekat. Namun karena suatu hal terjadi pada dirinya menekan mentalnya, stress, membuat hilang asa, hilang arah maka lama kelamaan akan menjadi sebuah penyakit, yaitu penyakit kejiwaan. Penyakit yang menyerang mental seseorang hingga kehabisan akal dan pikirannya untuk dapat berfikir dengan ‘waras’. Dapat kita lihat banyak orang yang tertekan dalam hidupnya, dan lari kejalan yang salah, mabuk, berjudi, mencuri, memakai narkoba. Hal itu sudah biasa dilihat hingga pada akhirnya seseorang mati sia-sia karena narkoba, harta nya habis karena berjudi hingga menjadi strees dengan keadaan finansial yang terpuruk membuat orang hilang akal, pada akhirnya menjadi seperti yang kita lihat menjadi orang ‘GILA’ dijalanan.
       Jika dilihat, akar dari permasalahan tersebut kebanyakan karena masalah ekonomi, tertekan dengan keadaan ekonomi yang buruk, hingga hilang kesadaran , hilang arah dan menjadi beban mental dan pikiran. Sebenarnya penyakit kejiwaan dapat dicegah , dengan selalu beribadah maka mental dan pikiran seseorang tidak mudah goyah memiliki pendirian yang kuat tidak mudah terombang ambing dengan keadaan, dengan mendekatkan diri dengan sang pencipta kita selalu diberikan kekuatan walaupun banyak permasalahan dalam hidup ini dating bertubi-tubi seperti tiada habisnya. Tidak perlu dengan lari ke jalan yang salah jika mendapatkan masalah yang tidak kunjung berakhir, dengan selalu mendekatkan diri dengan tuhan maka kita dapat belajar bersyukur menerima segala keadaan dengan lapang dada, ikhlas menerimanya. Mengerti bahwa hidup ini tidak lah selalu berada diatas dan tidak selalu juga berada dibawah, layaknya seperti roda berputar.   Pendekatan diri dengan yang maha kuasa merupakan obat yang paling baik untuk mengatasi stress yang berlebih, terutama ketika sedang mengalami tekanan mental yang sulit diatasi. Dengan rajin beribadah, serta melakukan perbuatan-perbuatan baik setiap harinya, maka diri kita terlindungi dari perasaan tertekan yang berlebihan dan yang tidak berkesudahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jumat, 30 Maret 2012

Mencegah Penyakit Kejiwaan

Sebelum membahas tentang bagaimana mengatasi penyakit kejiwaan, kita tentunya perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit kejiwaan dan apa saja hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang menderita penyakit kejiwaan.

Dikutip dari Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gangguann mental atau penyakit mental adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stress atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia. Gangguan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif, perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang berhubungan dengan fungsi tertentu pada daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan fungsi sosial manusia. Penemuan dan pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental telah berubah sepanjang perubahan waktu dan perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat perbedaan tentang definisi, penilaan dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar telah digunakan secara luas. Lebih dari sepertiga orang di sebagian besar negara-negara melaporkan masalah pada satu waktu pada hidup mereka yang memenuhi kriteria salah satu atau beberapa tipe umum dari kelainan mental.
Penyebab gangguan mental bervariasi dan pada beberapa kasus tidak jelas, dan teori terkadang menemukan penemuan yang rancu pada suatu ruang lingkup lapangan. Layanan untuk penyakit ini terpusat di Rumah Sakit Jiwa atau di masyarakat sosial, dan penilaian diberikan oleh psikiater, psikolog klinik, dan terkadang psikolog pekerja sukarela, menggunakan beberapa variasi metode tetapi sering bergantung pada observasi dan tanya jawab. Perawatan klinik disediakan oleh banyak profesi kesehatan mental. Psikoterapi dan pengobatan psikiatrik merupakan dua opsi pengobatan umum, seperti juga intervensi sosial, dukungan lingkungan, dan pertolongan diri. Pada beberapa kasus terjadi penahanan paksa atau pengobatan paksa dimana hukum membolehkan. Stigma atau diskriminasi dapat menambah beban dan kecacatan yang berasosiasi dengan kelainan mental (atau terdiagnosa kelainan mental atau dinilai memiliki kelainian mental), yang akan mengarah ke berbagai gerakan sosial dalam rangka untuk meningkatkan pemahanan dan mencegah pengucilan sosial
definisi dan klasifikasi kelainan mental adalah kunci untuk peneliti sebagaimana juga penyedia layanan dan mereka yang mungkin terdiagnosa. Sebagian besar dokumen klinik internasional menggunakan istilah "Kelainan mental". Terdapat dua sistem yang mengklasifikasikan kelainan mental ICD-10 Chapter V: Mental and behavioural disorders, bagian dari International Classification of Diseases yang diterbitkan oleh World Health Organization (WHO), dan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) diterbitkan oleh Psychiatric Association (APA).
kedua mendaftar kategori kelainan dan menyediakan standar kriteria untuk diagosis. Kedua sistem ini telah merubah kode mereka pada revisi terakhir sehingga pedomannya dapat dibandingkan, walaupun masih terdapat perbedaan signifikan. Skema klasifikasi lain mungkin digunakan di budaya non-barat, dan panduan lain mungkin juga digunakan oleh mereka yang menggunakan teori persuasi. Pada umumnya, kelainan mental diklasifikasikan terpisah menjadi kelainan syaraf, ketidakmampuan belajar, atau kelainan mental.
Tidak seperti sistem di atas, beberapa pendekatan klasifikasi tidak menggunakan kategori yang jelas atau pemisahan dikotomi yang digunakan untuk memisahkan antara yang tidak normal dengan yang normal. Terdapat debat sains tentang beberapa kategori yang berbeda berhubungan dengan kasus yang terkategori dengan kasus yang tidak terkategori, kemudian mencakup sistem spektrum, dimensional, atau kontinyu.

    Ternyata banyak yang memperdebatkan arti sebenarnya dari penyakit kejiwaan itu sendiri, hingga melakukan berbagai banyak penelitian namun masih ada yang tidak berpendapat sama satu dengan yang lainnya. Sehingga tidak dapat mengartikan penyakit kejiwaan dengan artian yang sebenarnya dapat diterima oleh orang banyak.
Yang kita ketahui bahwa penyakit kejiwaan adalah seseorang yang “GILA”. Gila, itu yang sering kita katakan atau sebutan untuk seseorang yang sudah tidak waras yang sudah tidak memiliki akal sehat lagi untuk berfikir. Jika melihat seseorang yang berpakaian compang camping berpenampilan berantakan tidak karuan kita pasti menganggapnya sebagai orang ‘Gila’, bahkan anak kecil pun tahu jika melihat sesuatu yang tidak normal pada seseorang ia akan mengatakan pada orang tuanya ‘Bu , itu ada orang Gila’. Seorang anak kecil saja dapat tahu seseorang sedang mengalami tekanan jiwa atau penyakit kejiwaan tanpa harus memahami definisi sebenarnya dari penyakit kejiwaan itu sendiri.
      Contoh kecil adalah orang yang bertingkah laku tidak wajar, seperti berpakaian compang camping dengan rambut kusut berjalan sendirian tanpa ada arah dan tujuan, hidup tidak jelas dijalanan. Sebenarnya dulu adalah orang yang hidupnya normal, memiliki keluarga, memiliki teman kerabat-kerabat dekat. Namun karena suatu hal terjadi pada dirinya menekan mentalnya, stress, membuat hilang asa, hilang arah maka lama kelamaan akan menjadi sebuah penyakit, yaitu penyakit kejiwaan. Penyakit yang menyerang mental seseorang hingga kehabisan akal dan pikirannya untuk dapat berfikir dengan ‘waras’. Dapat kita lihat banyak orang yang tertekan dalam hidupnya, dan lari kejalan yang salah, mabuk, berjudi, mencuri, memakai narkoba. Hal itu sudah biasa dilihat hingga pada akhirnya seseorang mati sia-sia karena narkoba, harta nya habis karena berjudi hingga menjadi strees dengan keadaan finansial yang terpuruk membuat orang hilang akal, pada akhirnya menjadi seperti yang kita lihat menjadi orang ‘GILA’ dijalanan.
       Jika dilihat, akar dari permasalahan tersebut kebanyakan karena masalah ekonomi, tertekan dengan keadaan ekonomi yang buruk, hingga hilang kesadaran , hilang arah dan menjadi beban mental dan pikiran. Sebenarnya penyakit kejiwaan dapat dicegah , dengan selalu beribadah maka mental dan pikiran seseorang tidak mudah goyah memiliki pendirian yang kuat tidak mudah terombang ambing dengan keadaan, dengan mendekatkan diri dengan sang pencipta kita selalu diberikan kekuatan walaupun banyak permasalahan dalam hidup ini dating bertubi-tubi seperti tiada habisnya. Tidak perlu dengan lari ke jalan yang salah jika mendapatkan masalah yang tidak kunjung berakhir, dengan selalu mendekatkan diri dengan tuhan maka kita dapat belajar bersyukur menerima segala keadaan dengan lapang dada, ikhlas menerimanya. Mengerti bahwa hidup ini tidak lah selalu berada diatas dan tidak selalu juga berada dibawah, layaknya seperti roda berputar.   Pendekatan diri dengan yang maha kuasa merupakan obat yang paling baik untuk mengatasi stress yang berlebih, terutama ketika sedang mengalami tekanan mental yang sulit diatasi. Dengan rajin beribadah, serta melakukan perbuatan-perbuatan baik setiap harinya, maka diri kita terlindungi dari perasaan tertekan yang berlebihan dan yang tidak berkesudahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar